Friday, March 12, 2010

Ditulis oleh Sukron Abdillah

Bismillah...

Biasanya, bagi para pengendara bermotor yang kerap melewati kompleks perumahan atau jalanan dipedesaan, akan begitu akrab dengan istilah polisi tidur. Entah dari mana asal-usul kalimat polisi tidur ini. Yang jelas, tujuan dari pembuatan polisi tidur tersebut, untuk mengatur laju kecepatan kendaraan bermotor yang melintasi jalanan agar tidak cepat.


Seperti yang dikatakan oleh ketua RT sebuah kompleks perumahan di wilayah Bandung, “Kalau nggak dibuat polisi tidur suka terjadi (kecelakaan) tabrak lari”. Ya, dengan penjelasan bapak RT tersebut, berarti polisi tidur adalah semacam ciptaan manusia yang digunakan untuk mengatur lalu lalang kendaraan bermotor. Agar tidak terjadi kebut-kebutan dan tentunya agar bisa menghindari terenggutnya korban jiwa akibat tabrak lari.


Bentuk topografi polisi tidur juga, berasal dari bahan-bahan yang lazim digunakan untuk membangun sebuah rumah. Diantaranya semen, air secukupnya, dan kalau ingin tahan lama bisa menyertakan pasir dalam proses peramuannya. Lalu, posisi fisiknya juga terlentang dari kiri jalan ke kanan jalan bagaikan seorang polisi yang sedang tidur-tiduran. Mungkin juga asal-usul penamaan penghalang jalan dengan istilah polisi tidur bisa dikaitkan dengan kebiasaan polisi lalu lintas di Negara Republik Indonesia ini.


Mereka selalu berada di sekitar jalan untuk mengatur arus lalu lintas kendaraan yang melaju di atas badan jalan. Namun sayangnya, perilaku polisi tidur pun kerap di tiru oleh mereka dengan tidur-tiduran di Pos penjagaan. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan, memungut uang sisipan dari para pengendara bermotor dengan alasan tidak ada SIM, tidak memakai helm, dan lain-lain. Bahkan, lebih dari itu.


Pokoknya, selalu saja ada kesalahan yang dilakukan oleh para pengguna jalan raya, yang katanya, sih, sudah membayar pajak pada pemerintah untuk menggaji para polisi itu. Kalau begitu, masih mendingan dengan polisi tidur yang tak pernah sama sekali diberitakan meminta jatah uang bayaran kepada para pengendara yang melintas.


Maka, sentilan kecil pun muncul dari beberapa orang pengguna jalan: “Ah…kalau terus diperas begini, lebih baik mereka diganti saja dengan polisi tidur”. Betul sekali kata-kata si pengendara bermotor ini. Sebab, kalau tujuan utama dibentuknya departemen lalu lintas di kepolisian adalah untuk menjaga keselamatan para pengguna jalan, mengapa mesti bayar?


Coba pikirkan, polisi tidur tidak pernah mengais rezeki dan menambah uang sakunya dengan cara-cara yang lazim dilakukan oknum polisi di Negara RI ini. Wah, kalau begitu, mungkin tidak, sih, menaikkan gaji aparat kepolisian agar tidak mencari uang tambahan untuk memenuhi keperluan hidup di jalan raya?


Andai saja “pungutan liar” dengan mengatasnamakan tugas suci seperti mengatur lalu lintas ini telah mendarah daging, barangkali tidak mungkin mengubah kondisi. Malahan, mungkin akan semakin menjadi-jadi. Sebab untuk bisa masuk ke departemen kepolisian saja perlu biaya sisipan jutaan rupiah. Nah, untuk bisa mengembalikan modal awal masuk tersebut, ya, dengan cara mengais rezeki tambahan di jalan raya. Maaf, bukannya saya memukul rata seluruh anggota kepolisian dengan predikat negatif, karena saya yakin masih ada anggota polisi yang jujur dan berbakti pada Negara.


Meskipun, eksistensinya masih bisa dihitung jari. Tapi, tetap saja mereka akan lebih dihargai oleh masyarakat yang semestinya dilayani seperti seorang raja. Bukan diperas seperti halnya pengurasan potensi alam di seluruh kepulauan Indonesia oleh para begundal tak bertanggung jawab.


Polisi tidak semestinya tidur-tiduran. Dan, jangan pernah mau kalah oleh polisi tidur yang terus-terusan tidur, tapi membantu lalu lintas di kompleks perumahan sehingga kecelakaan (tabrak lari) bisa diminimalisasi. Karena itu, sisi fungsional polisi tidur akan segera tergantikan oleh para anggota kepolisian departemen lalu lintas, kalau mereka mampu tidur dari praktik pemungutan liar (pungli) di jalan raya.


Sebab, tujuan didirikan polisi lalu lintas adalah untuk mengatur dan membenahi kesemrawutan dijalanan. Tidak untuk memungut uang liar. Sejenis uang pungutan yang diperoleh dari kantong para pengendara bermotor secara liar. Sesuai dengan istilah ekologis, kata liar ini menunjukkan pada kondisi keliaran seekor hewan yang belum mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.


Nah, untuk menjinakkan hewan tersebut butuh kemampuan yang mumpuni. Misalnya, kepiawaian seperti yang dimiliki para cowboy ketika menjinakkan banteng, kuda dan sapi hutan yang liar. Jadi, uang liar secara istilah adalah uang yang berasal dari kantong orang lain yang harus dijinakkan karena belum bisa dibelanjakan. Orang yang mengambilnya secara paksa, bisa disebut juga dengan “maling” atau pencuri.


Biasanya, sih, untuk menjinakkan uang liar itu para oknum polisi di jalan raya kerap menilang para pengendara bermotor yang melanggar rambu-rambu lalu lintas. Para pengendara nakal yang semestinya membayar denda lebih besar, bisa diturunkan hingga 10 ribu perak, 15 ribu perak, dan 20 ribu perak. Akibatnya mereka (baca: para pelanggar) tidak jera sama sekali. Malahan semakin menjadi-jadi melanggar rambu-rambu lalu lintas. Mengapa? Sebab ketegasan hukum di Negara ini sangat murah sekali sehingga banyak dimanfaatkan oleh para pengendara yang patologis.


Pertanyaannya, mampukah para anggota polisi lalu lintas bersikap dan bertindak seperti polisi tidur? Walaupun polisi tidur posisinya bagaikan orang yang sedang tidur, tapi tak pernah tidur-tiduran ketika mengatur lalu lintas kendaraan di jalan raya.


Bagi para anggota polisi lalu lintas, mungkinkah dengan bayaran gaji per bulan yang tak cukup buat makan, masih bisa mengatur hilir mudik kendaraan bermotor dengan jujur? Kita berdoa dan berusaha saja, mudah-mudahan mereka bisa!

Terakhir diperbaharui ( Minggu, 04 Februari 2007 )

sumber: sekolahkehidupan.com

ANTARA TERTAWA DAN MENANGIS

Ditulis oleh Fiyan Arjun Sabtu, 17 Februari 2007

Bismillah..

Dalam kehidupan manusia, tentunya kita bisa mendengar dan melihat salah satu bentuk kekuasaan Sang Pencipta, yaitu dipasang-pasangkannya setiap makhluk yang diciptakan-Nya. Ada baik yang berpasangan dengan buruk ketika manusia melakukan sesuatu tanpa disadari, ada jantan dan betina untuk hewan yang ingin mengembangbiakan keturunannya. Akan halnya manusia, ada perempuan dan laki-laki untuk meneruskan kelangsungan keturunan. Begitu pun dengan perjalanan hidup manusia, ada tawa dan tangis. Semuanya diciptakan Tuhan dengan penuh adil.

Seandainya ada seorang bayi lahir ke dunia dengan tertawa, mungkin ini adalah bentuk keajaiban di antara sekian banyak keajaiban. Lumrahnya, bayi lahir dalam keadaan menangis. Bagaimana halnya jika seseorang menangis karena merasa berdosa? Tampaknya ini belum lumrah terjadi. Saya pribadi pun belum tergugah dengan dosa-dosa yang telah saya lakukan. Namun sebagai seorang manusia yang bernurani, tanpa sadar saya pun bisa mengalaminya. Bisa menangis karena merasa telah melakukan suatu kesalahan. Utamanya dosa pada orangtua (ibu).

Kok saya bisa menangis juga, ya!” kata saya kepada seorang kawan disela-sela acara Pelatihan Heart Intilgence Training yang diselenggrakan oleh Lembaga Kepemudaan ditempat saya tinggal, tanggal 1 Oktober 2006 lalu. Sebuah acara dengan peserta khusus para remaja, untuk memantapkan kecerdesan inteletual dalam membangun kecerdasan hati dan emosi. Sesuai dengan temanya yakni “Bersama HATI yang CERDAS menjadikan HIDUP LEBIH BERPRESTASI dengan mensinergikan kecerdasan inteletual, emosi dan spiritual, diperkuat dengan senam otak, rule play, simulasi dan games.

Lantas apa jawab kawan saya tadi? “Ya, berarti kamu masih punya hati. Kalau tak punya hati, kamu tidak mungkin menangis.” Manusiawikah? Entahlah? Banyak manusia yang (tidak) punya hati tapi mereka tidak menyadarinya. Misalnya ketika mengalami putus cinta. Meratap, menangisi cintanya yang kandas, berminggu-minggu lamanya. Saya masih ingat kata-kata seorang kawan, “Menangislah karena dosa, jangan menangis karena cinta.” Sebuah penyadaran, bahwa cinta tak selamanya membuat manusia bahagia. Terkadang cinta membuat manusia lupa akan dirinya sebagai makhluk yang penuh nafsu dan emosi.

Lantas bagaimana dengan kita, ketika dilahirkan ke bumi? Tertawakah? Menangiskah? Atau malah langsung bisa lari sekencang dan selihai David Beckham menggiring bola. Tentunya hal itu akan membuat geger banyak orang. Pertanyaan tentang kenapa ketika bayi lahir selalu menangis, hingga detik ini belum ada yang tahu persis penyebabnya. Hanya Allah yang tahu arti tangisan itu.

Sebagian orang mengatakan bahwa tangisan tersebut disebabkan oleh rasa terkejut si bayi demi melihat alam dunia yang samasekali bebeda dengan alam rahim. Yang tadinya terasa nyaman, terlindung dan terjamin keperluannya, tiba-tiba harus pindah ke situasi lain yang panas, berpolusi dan bising. Yang pasti, tidak ada kata yang terucapkan dari bibir manusia ketika lahir kecuali tangisan.

Dalam perjalanannya, sang bayi berkembang seiring dengan perubahan situasi, sementara orangtuanya mengupayakan kebutuhannya sekuat tenaga. Sang bayi akan selalu terpenuhi kebutuhannya tanpa perlu mendapatkan masalah dan sebatas tertawa gembira jika mendapatkan kesenangan.

Tertawa adalah hal yang baik dan wajar dilakukan oleh semua orang, apalagi jika dapat membuat orang lain ikut senang. Seperti kata Rasullulah, “Memberikan kegembiraan kepada orang lain adalah sedekah.” Tertawa merupakan sarana amal yang mudah sekaligus murah. Kata orang, tertawa dapat menjadi obat awet muda... Kata orang kreatif “tertawalah kamu sebelum tertawa itu dilarang.” Bagaimana dengan Anda? Apakah pernah tertawa, setidaknya menertawakan diri sendiri?

Tertawa yang dilarang adalah jika ditujukan untuk mengejek atau meremehkan orang lain. Di sisi Tuhan, semua manusia sama. Kelebihan dan kekurangan yang diberikan oleh Tuhan bukan menjadi alasan untuk bebas saling menertawakan atau meremehkan. Daripada menertawakan orang lain, ada baiknya kita menertawakan diri sendiri.

Sementara itu tangisan—yang merupakan luapan emosi kadang kala dapat menjadi penyaluran yang efektif untuk meringankan beban yang ada di pundak kita. Manakala kita sering menangis sedih karena kekurangan sesuatu yang kita cintai adalah hal yang manusiawi tapi hendaknya tidak membuat kita lupa bahwa kita semua adalah milik Allah dan suatu saat pasti akan kembli. Tidak ada yang kekal adalah kepemilikan, semua itu adalah titipan Tuhan.

Tangisan yang disukai Tuhan adalah ketika kita menangis karena sadar akan dosa dan kesalahan yang kita perbuat. Kesedihan yang seperti itu pada hakikatnya adalah awal kebahagiaan buat masa depan. Namun kita sendiri sebagai manusia tidak sekali pun pernah atau bahkan menyesali segala kelalaian maupun kealpaannya terhadap Tuhan. Banyak dari mereka mengaku, “Saya sudah adil kok!” “Saya sudah tobat kok.” Namun ternyata itu semua hanya isapan jempol belaka ketika mereka berbuat itu karena terjebak dan diketahui oleh orang lain. Padahal mereka tidak tahu bahwa itu semua hanya Tuhan yang bisa berbuat demikian. Adil dan pemberi ma’af. Maka itu janganlah sekali-kali mengakui bahwa diri kita orang yang paling bersih di mata-Nya. Karena hak itu hanya Dia-lah yang punya.

Airmata yang berlinang di pipi ketika mengakui kesalahan dan dosa di hapadan Allah yang juga diikuti istighfar adalah laksana air surga yang sejuk membasuh menghapus segala noda yang melekat pada diri kita. Inilah upaya kita untuk mencapai hidup yang khusnul khotimah, karena perbuatan yang baik akan mengikis pebuatan yang jelek.

Tertawa dan menangis adalah fitrah manusia tetapi kita harus pandai menempatkannya kapan harus menangis, kapan kita harus tertawa sehingga kita bisa termasuk ke dalam orang yang bersyukur.

Keadaan seperti itulah yang kita dambakan sehingga kita lahir dengan tangisan sedih maka kita akan tertawa gembira ketika kita meninggal untuk kembali kepada-Nya yang telah menjadikan kenikmatan abadi yaitu surga. Waallahualambishowab!

sumber: sekolahkehidupan.com

BERHATI-HATILAH DENGAN KELUH KESAH

Ditulis oleh C.Alin
Sabtu, 12 Mei 2007


Manusia terlahir dalam suasana batin yang serba keluh kesah, putus asa dan gemar melakukan pelanggaran dari pada berusaha mencari jalan yang benar. Itulah sifat manusia yang umum. Demikian juga dengan seorang ibu rumah tangga, mereka akan resah kala pendapatan sang suami sedikit, ia menganggap kurang menyukupi kebutuhan rumah tangganya. Bahkan rumor yang beredar, nasib suamilah yang menjadi pegawai rendahan.
Seorang tetangga satu block datang pada saya dengan cucuran air mata dan sumpah serapah. Sebagian kata-katanya mengutuk sang suami dan ditujukan pada nasibnya yang malang. Sang Suami tidak mencintainya lagi dan memarahinya karena ia selalu kurang bisa mengelola penghasilannya. Padahal dia sudah semaksinal mungkin mengelola uang tersebut untuk kebutuhan rumah tangganya. Ia menyesal kenapa memilih dia menjadi suaminya yang hanya sebagai pegawai rendahan padahal masa remajanya banyak orang kaya dan berpangkat mengajaknya berumah tangga tetapi ia menolaknya.
Saya hanya tersenyum saja. Saya kenal tetangga yang satu ini. Orangnya royal tak bisa hidup sederhana. Saya hanya bisa menilainya dari apa yang ia pakai dalam kesehariannya juga kala ada kumpulan arisan di tetangga. Aksesoris yang melekat di tubuhnya adalah barang-barang kelas mahal. Sikap dan sifat suami yang demikian adalah batasan umum, sehingga saya menyimpulkan ; baik tidaknya suami, cinta tidaknya suami, kurang dan lebihnya pendapatan, rendah ataupun tingginya jabatan adalah dari mana seseorang itu mengukurnya.
Kemudian pikiran saya melayang pada dua teman saya. Seorang dengan gaji suami Rp. 1.750.000,- perbulan dan seorang dengan gaji suami Rp. 1.000.000 perbulan. Ada sisi yang menarik dari orang kedua itu. Keduanya memiliki suami yang kerja dalam perusahan yang sama, waktu yang sama dan keduanya sedang membangun rumah. Teman yang suaminya bergaji Rp. 1.750.000,- meminjam uang di bank dengan jumlah yang akan dicicil 12 bulan, sedang teman yang suami bergaji Rp. 1.000.000,- ia selalu menabung gaji suami yang diberikannya yang ia kumpulkan setiap bulannya. Kenyataan 2 tahun selanjutnya teman yang suami bergaji Rp. 1.000.000,- dengan santai tidak ngoyo rumah didirikan. Suami makin mencintainya karena ia banyak membantu dalam mengelola penghasilannya. Dengan demikian juga teman yang bergaji Rp 1.750.000,-itu, rumah didirikan tetapi utangnya menumpuk di bank, suami suka marah karena dia tidak bisa menabungkan uangnya. Setiap bertemu wajahnya kusut, dengan keluh kesah untuk mengeluarkan beban hatinya.
"Sesungguhnya manusia itu di ciptkan bersifat keluh kesah lagi kikir, Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh. Dan Apabila mendapat kebaikan, ia kikir "( Q.S Al Ma'aarij(70) :19-21)

Memang respon manusia atas nikmat Allah itu bermacam-macam tergantung bagaimana manusia itu mensyukurinya sebagaimana do'a kusyu' dipanjatkan oleh Ali Zainal Abidin, seorang cucu Rasulullah ini, ketika beliau sakit.

" Ya Allah. Aku tak tahu bagaimana yang harus aku syukuri , sehat atau sakitku? Dimana diantara pujian itu yang patut aku sampaikan pujian padaMU? Apakah waktu sehat ketika Engkau senangkan aku dengan rejeki MU yang baik dan Engkau giatkan aku dengan rejeki itu untuk memperoleh ridho dan karuniaMU, Engkau kuatkan aku untuk melaksanakan ketaatanku padaMU atau waktu sakitku ketika Engkau membersihkan dosaku dan meringankan dosa-dosaku yang memberati punggungku, menyucikan diriku dari liputan kesalahan mengingatkan aku untuk bertaubat kepadaMU dan menyadarkan aku untuk menghapus kekhilafanku dan melaikan syukur atas nikmatMU?"

Kadang nikmat Allah yang diberikan pada kita bisa berupa, kesehatan, sakit, sedih kebahagian dan lain sebagainya. Allah telah mendidik kita menderita dan bahagia , Allah tengah mendidik kita dengan kesusahan, kekurangan atau kelebihan. Ketika kita diuji dengan kemiskinan kita putus asa, mengerutu dan memaki ketidak adilan Tuhan. Bahkan kita sering mengambil jalan pintas, walau sebenarnya masih ada jalan yang lain, yang bisa kita lakukan lebih baik dan akan membawa kita pada kebaikan.
Kita diuji oleh Allah dengan kemiskinan, sulit mendapatkan lapangan pekerjaan dan lain sebagainya, sebenarnya bukanlah alasan untuk berkeluh kesah dan menyalahkan ketetapan Allah atas nasibnya. Seandainya kita berfikir panjang, berapa banyak nikmat Allah yang telah kita kecap. Berapa lama penderitaan yang kita alami ? Paling nikmat dari sudut segi kehidupan kita yang lain? Ingatlah janji Allah, bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Dan Allah akan memberi kelapangan setelah kesempitan. Memang tak salah kalau kita membandingkan nasib dengan nasib orang lain yang lebih baik. Itu penting sebagai pemompa spirit kita. Tetapi janganlah itu membuat kita rendah diri dan putus asa, apalagi menyerah sebelum berbuat sesuatu, kebanyakan kita terlalu memikirkan sesuatu yang tak ada, dari pada mensyukuri yang telah ada. Padahal apa yang ada itu walau jelek dan sedikit akan berguna apabila kita bisa mempergunakan dengan baik.

Seorang bijak, Bazer Jamhar menasehati, " Kesulitan yang datang sebelum kemudahan itu laksana rasa lapar yang datang sebelum ada makanan."

Dari nasihat itu kita bisa ambil garis besarnya, letak kesulitan akan tepat datangnya kemudahan, karena makanan akan terasa lezat, enak ketika kita makan dalam keadaan lapar.

Maka dari itu alangkah tak layaknya kita menggerutu dan berkeluh kesah dengan keadaan kita masih banyak orang yang lebih menderita, lebih sehat, lebih sakit dari kita Lihatlah kehidupan saudara-saudara kita yang berada di daerah perang, ditempat - tempat musibah. Kita wajib bersyukur atas karunia dan rahmat Allah yang diberikan pada kita. Kenapa kita masih mengeluh? Berhati-hatilah kita dengan keluh kesah karena itu akan membawa kita pada dosa dan mengingkari nikmat Allah. (17feb.2007)
Seperti tarian jari-jari siburung camars

sumber : http://sekolahkehidupan.com

Cerita Tentang Ibu

Pada sebuah kesempatan saat kuliah, salah satu dosen kami bercerita. Hal yang biasa sebagai selingan dari materi yang beliau sampaikan. Ada beberapa cerita yang sempat terulang, misalnya kisah Rabi'ah Al Adawiyah. Kali ini, ceritanya tentang seorang ulama yang sudah banyak menghasilkan karya.

Ulama yang satu ini, aku agak lupa persisnya nama ulama tersebut, saking rajinnya mencari ilmu dan menulis sehingga tidak sempat makan. Ibunya yang melihat hal itu tidak tega dan menyuapi makanan kepada anaknya tersebut. Hmm, saking konsentrasinya dengan apa yang dikerjakan (menulis) anak tersebut sampai tak sadar kalau makanannya sudah habis. Setelah aktivitasnya selesai, dia kembali meminta makan kepada sang ibu, hehe.

Di sini, aku bukannya menyorot keseriusan ulama tersebut karena saking seriusnya belajar sampai tidak sadar makanannya sudah habis, tapi kemuliaan seorang ibu.

Ketika sang dosen bercerita hal tersebut, aku langsung ingat ibuku. Seringkali ketika aku sibuk di depan komputer, ibu menyodorkan makanan siap saji, hehe bukan junk food, tapi nasi yang sudah beserta lauk dan sayur, kalau perlu plus buah. Tak jarang, ketika disodorkan makanan tersebut, aku menaruh kembali di meja dan ibu menyuruh aku segera memakannya. Berhenti sejenak dari aktivitas yang ibu tahu konsekuensinya.

Suatu kali, ketika aku sibuk bermain dengan 3 keponakanku di depan laptop. Merekam kegiatan mereka dari menyanyi, bercanda dan lain-lain, ibu pun kembali menyodorkan makan malam. Hehehe, aku sampai lupa kalau belum makan karena sedang seru-seruan dengan mereka. Akhirnya, aku dan kedua keponakanku yang masih bertahan di depan laptop menikmati makanan dari ibu.

Tidak hanya pada aku ibu berbuat seperti itu, kepada kedua kakakku juga sama. Pokoknya harus makan, harus sehat. Kalau susah diingatkan ya langsung disodorkan.

Itu hanya salah satu contoh kebaikan yang ibu berikan kepada kami, masih banyak hal lain yang kalau mengingatnya membuatku menangis. Di usia tuanya, ibu masih terus memberikan segalanya kepada kami dengan melimpahnya pengertian yang beliau miliki. Padahal ibu juga punya impian untuk mengurus mbah yang usianya makin tua di kampung.

Kini, ibu lebih sering tinggal di rumah kakak yang masih repot-repotnya mengurus 4 anak yang masih kecil. Sesekali, ibu pulang ke rumah kami di sini yang sekarang dihuni aku dan kakak laki-lakiku yang sudah menikah.

Dari dulu, kalau bisa aku lihat dengan matahati ibu dan bapak benar-benar seimbang mendidik kami. Bapak dengan ketegasan dan kemandirian dan ibu dengan kelembutan dan kasih sayang. Ibu juga menjadi 'jembatan' antara kami semua. Ibu titik sentral keluarga kami. Ibu tempat curhat segala-galanya, bahkan ibu juga bagai teman bagiku. Ibu jarang menentangku, hampir selalu menuruti keinginanku.



Dengan argumen yang kuat dan kesungguhanku untuk membuktikan serta kecintaan pada sesuatu, ibu akan mendukung hal tersebut. Ketika aku ingin kuliah lagi, ketika aku tidak mau kerja kantoran, ketika aku ingin kursus, ketika aku lebih memilih tinggal sendiri saat itu, ketika banyak hal yang terjadi dalam hidupku, beliau selalu dan selalu mendukung.

Ibu juga tak jarang mengkritik dan menasehatiku. Ibu tak pernah menuntutku macam-macam. Ibu tahu benar, keinginanku banyak, aktivitasku juga banyak, aku ingin ini dan itu, dan di sana ibu selalu menjadi tempat mengadu dan manajer yang selalu mengingatkan.

Ibu juga suka bercerita tentang masa lalu, masa kecil, ketika baru menikah, ketika menjalani masa-masa berat pindah ke Jakarta, dan banyak lagi. Aku selalu senang mendengar cerita ibu. Aku jadi tahu kalau ibu pernah menempuh jalan yang cukup jauh untuk jualan bakwan dan makanan kecil lainnya sambil menggendong aku yang masih bayi.

Aku jadi ingat, ibu pula yang mengajarkanku jualan es, tidak hanya mengajarkan, tetapi membuatkan ketika malam-malam. Ibu meracik susu coklat dan sirup dan kemudian kami akan membungkusnya. Hasil penjualan es bisa untuk membayar listrik saat itu.

Aku merasa mendapat begitu banyak dari sosoknya, tetapi makin hari merasa kurang memberi kepadanya... .

Menyadari sekali belakangan ini, aku terlalu sibuk dengan aktivitasku, belakangan malah ibu kembali menurutiku untuk menjalani aktivitas baru yang insya Allah akan dimulai bulan April.
Aku tahu aku sudah cukup dewasa dalam mengambil keputusan, tetapi aku merasa perlu melaporkan segala hal yang aku lakukan kepada ibu, apalagi hal itu berkenan dengan pekerjaan, pendidikan dan aktivitas lainnya.

Dari kecil, secara langsung atau tidak langsung, kami diajakarkan untuk berterus terang. Kami juga dibebaskan, tapi bertanggung jawab. Kami semua merasakan tinggal terpisah dengan orangtua dengan modal kepercayaan dari mereka.

Akan tetapi, aku lupa kalau ibu pasti punya keinginan kepada diriku. Aku lupa, ada binar ibu ketika aku pernah menyampaikan sesuatu hal dan raut kecewa ketika aku membatalkan. Aku juga pernah melihat wajah kecewa ibu saat aku memutuskan sesuatu hal. Seperti yang aku bilang, ibu tak banyak menuntut, ibu tak banyak maunya.

Hmm, ibu, maafkan aku... aku belum bisa benar-benar membahagiakanmu ketika aku lagi-lagi mengecewakan untuk hal yang satu itu. Moga perlahan, tapi pasti dengan aktivitas yang aku jalani saat ini aku bisa menata ulang semua ini... dan memberi kabar bahagia untukmu... suatu saat nanti :)



***

"Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
(Syekh Muhammad Al Ghazali)


***



novi_khansa' kreatif

~Graphic Design 4 Publishing~

YM : novi_ningsih
http://akunovi. multiply. com
http://novikhansa. wordpress. com/

sumber : milis sekolah kehidupan

Thursday, March 11, 2010

Apakah Tanda Itu Ada di Dahi Saya?

Bismillah...

Membaca sebuah tulisan karya Made Teddy Artiana yang berjudul Sebuah Tanda di Dahi Kita membuat saya merenung. Merenungkan diri ini apakah sudah ada tanda itu pada diri saya. Dicintai-Nya, sebuah anugerah yang tidak bisa dinilai walaupun dengan pernak-pernik alam semesta.

Sebagai hamba Tuhan seharusnya sedari awal menyadari bahwa kita ini makhluk yang lemah. Kita tidak bisa berdiri sendiri dan dalam hal apapun pasti memerlukan pihak lain yang turut memberikan kontribusi. Daya kita terbatas termasuk dalam urusan memenuhi kebutuhan diri sendiri.

Saya merenungkan tentang tanda itu. Dicinta-Nya. Dia Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Dia Yang Maha Perkasa dan Bijaksana. Namun ke-Maha-annya itu sulit sekali terpatri dalam sanubari ini.

Dalam menghadapi cobaan seringnya saya membayangkan suasana yang tidak memungkinkan dan keputusasaan sebagai akhirnya. Saya melupakan bahwa Tuhan kuasa untuk melakukan apa saja termasuk mencabut cobaan yang pada hakikatnya adalah ujian dari-Nya. Dalam kondisi bahagia saya sering melampiaskannya dengan tawa dan hingar bingar tanpa menyadari bahwa kebahagiaan itu pemberian-Nya sebagai wujud kasih dan sayang-Nya.

Untuk menjadi yang dicintai-Nya saya berfikir seharusnya saya menggantungkan semua hal kepada-Nya dengan melibatkan-Nya. Tetapi seringkali akal saya yang bengkok ikut membengkokkan kepasrahan kepada-Nya menjadi sikap angkuh diri bahwa logika saya bisa menyelesaikan- Nya atau meruntuhkan keyakinan menjadi keputusasaan seolah tiada lagi jalan keluar.

Sangat terasa sekali bahwa saat ini saya belum merasakan ada tanda itu pada dahi saya. Berbagai permasalahan membuat saya lemas dan kurang bersemangat dalam menjalani hari demi hari. Saya terus memikirkan apa jalan keluar dari permasalahan yang saya hadapi namun berakhir dengan kebuntuan. Saya memaksakan diri ini untuk menjadi pemecah masalah dan berfikiran saya ini super gadget yang super canggih tanpa keterbatasan. Hasilnya adalah letih karena banyak energi yang terkuras namun permasalahan tidak kunjung selesai.

Menjadi yang dicinati-Nya berarti memasrahkan segala bentuk hal kepada-Nya. Saya harus mulai kembali memahami hal ini. Mengadu kepada-Nya, menceritakan semual hal yang terjadi pada diri saya. Menjadi yang dicintai-Nya berarti meyakini bahwa Dia selalu memberikan yang terbaik untuk saya. Jadi apapun yang terjadi pada diri saya bertujuan untuk membesarkan saya dan saya harus meyakini itu.

Menjadi yang dicinta-Nya berarti membiarkan semua doa yang saya sampaikan itu berproses sehingga saya harus tetap sabar dan yakin bahwa semuanya ada dalam kuasa-Nya. Menjadi yang dicintai-Nya berarti saya tidak boleh lagi khawatir dan takut akan masa depan setelah saya memaksimalkan ikhtiar. Menjadi yang dicintai-Nya berarti saya tidak boleh takut untuk kekurangan harta karena Dia telah menjamin rizki saya setelah saya memaksimalkan usaha.

Hari ini saya harus memulai kembali membersihkan cermin sehingga saya bisa berkaca apakah tanda itu sudah ada di dahi saya.

sumber :

akuincognito@yahoo.co.id akuincognito


milis sekolah kehidupan

Wednesday, March 10, 2010

Tak Ada Yang Bisa Menghentikan Mereka Yang Pantang Menyerah

Bismillah...

Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.

Anda pernah gagal? Aneh sekali jika tidak. Karena, setiap orang yang pernah membuat pencapaian bermakna, pasti pernah gagal. Jadi, jika merasa tidak pernah gagal; mungkin perlu dicek kembali pencapaian-pencapai an kita selama ini. Tetapi, sungguhkah setiap orang yang pernah mencoba pernah gagal? Ya. Memang demikian. Tetapi, mengapa ada orang yang kemudian berhasil, dan ada yang tidak? Tahukah anda apa gerangan penyebabnya?

”Aku tidak pernah kehilangan rasa kagum pada pohon pisang.” begitu saya bilang kepada istri saya ketika melintasi pintu gerbang komplek perumahan kami. Disana ada sebidang tanah kosong yang ditumbuhi beberapa rumpun pohon pisang. Ketika melintasinya, saya melihat beberapa batang pohon yang tumbuh dari pohon yang sudah ditebang. ”Karena,” saya melanjutkan. ”Mereka tidak pernah berhenti untuk tumbuh meski sudah ditebang.”

Mendengar pernyataan itu, istri saya tertawa geli. ”Iya,” katanya. ”Temanku sampai mencincangnya berkali-kali.” lanjutnya.

”Mencincang pohon pisang?” Saya dilanda keheranan. Kok ada orang yang mencincang pohon pisang. Bagi saya, kata ’mencincang’ memiliki unsur horor yang diciptakan dari kekesalan seseorang terhadap sesuatu. Kecuali ’daging cincang’, tentu saja.

Lalu, istri saya menceritakan tentang temannya yang membeli sebuah rumah minimalis yang cantik. Namun, dihalaman rumahnya terdapat pohon pisang. Rasanya janggal ditengah kota ada rumah minimalis yang ’dihiasi’ pohon pisang dihalamannya. Sangat mengganggu pemandangan. Maka, ditebanglah pohon pisang itu. Masalahnya, setiap kali ditebang sang pemilik baru rumah minimalis itu; sang pohon pisang selalu tumbuh lagi. Ditebang lagi. Tumbuh lagi. Sampai-sampai pemilik rumah kesal. Hingga, suatu kali dicincangnya itu batang pohon pisang. Matikah pohon pisang itu setelah dicincang? Subhanallah. Dia tumbuh lagi!

Setelah seluruh upayanya untuk ’mematikan’ pohon pisang itu gagal, akhirnya teman istri saya memutuskan untuk ’mengijinkannya’ tumbuh dihalaman. ”Yah sudahlah..., kalau berbuah nanti bisa dimakan juga,” begitu sang pemilik rumah bilang.

Anda yang pernah membaca buku pertama saya ’Belajar Sukses Kepada Alam’ tentu masih ingat kisah seorang petani yang mengajarkan nilai-nilai keteguhan hati kepada anaknya. Beliau menggunakan pohon pisang sebagai media untuk menunjukkan keutamaan sifat pantang menyerah itu. Sebab, pohon pisang; tidak mau mati ketika ditebang. Dia hanya akan bersedia mati, setelah dia berbuah. Kalau dia ditebang sebelum berbuah, jangan harap anda dapat membunuhnya. Lalu, petani itu berkata kepada anaknya; ”Ada satu cara yang tidak mungkin membiarkan engkau gagal, Nak.”

”Apakah gerangan itu Ayahanda?” Tanya sang anak.
”Yaitu, engkau tidak berhenti melakukan sesuatu; sebelum berhasil.” jawabnya.


Apa yang saya ceritakan diatas bukanlah kisah rekaan belaka. Melainkan sebuah realitas yang jika kita resapi maknanya; akan menunutun kita kepada sebuah keunggulan pribadi kelas tinggi. Sebab, seseorang yang memiliki semangat hidup seperti pohon pisang tidak akan pernah berhenti sebelum dia berhasil mewujudkan cita-citanya. Karena, falsafah hidup pohon pisang berbunyi;”tidak akan pernah menyerah, sebelum berbuah.” Sehingga, orang-orang yang menerapkan falsafah itu; tidak akan pernah menyerah, sebelum berhasil mewujudkan tujuan hidupnya.

Apa tujuan hidup anda? Saya tidak tahu. Yang pasti, tidak satupun manusia dimuka bumi ini yang tidak memiliki tujuan hidup. Apa tujuan hidup pohon pisang? Untuk berbuah. Kita tanya sekali lagi; apa tujuan hidup anda? Mungkin untuk berbuah juga. Namun, buah yang kita hasilkan bukan berupa tumbuhnya organ atau bagian tubuh secara fisikal. Melainkan, sebuah karya yang dihasilkan oleh tindakan dan perbuatan yang kita lakukan.

Jikapun kita masih belum mampu mendifinisikannya, tidak berarti tidak memilikinya. Karena, manusia normal memiliki ’will’ atau kehendak. Sehingga, pastilah mereka mempunyai dorongan dari dalam diri untuk berprestasi. Atau mencapai sesuatu dalam hidupnya. Oleh karenanya, sekalipun kita belum mampu mendefinisikan tujuan hidup kita dengan jelas, namun kita selalu memiliki keinginan untuk mencapai sesuatu. Dan itu bisa berarti sebuah anak tangga untuk menuju kepada wujud ’tujuan hidup itu’. Misalnya, ingin mendapatkan jabatan lebih tinggi lagi. Ingin memiliki uang lebih melimpah lagi. Ingin menjual lebih banyak lagi. Ingin memberi manfaat kepada orang lain lebih besar lagi. Ingin menjadi orang yang lebih penyayang. Dan sebagainya. Anda tentu memiliki keinginan-keinginan semacam itu, bukan?

Sekarang, coba periksa lagi; apakah perjalanan kita untuk mewujudkan keinginan itu selalu berjalan dijalur mulus. Atau selalu melintasi jalan terjal, licin, dan berliku? Yah, kadang-kadang segala sesuatu berjalan seperti yang kita inginkan. Namun, kita tahu bahwa tidak selamanya semudah itu. Pada saat segala sesuatunya indah, tentu hati kita berbunga-bunga. Hingga kita sering lupa daratan. Namun, pada saat segala sesuatunya begitu sulit; kita sering sekali mudah patah semangat. Dan gampang menyerah.

Padahal, pohon pisang itu tidaklah demikian. Bahkan setelah berkali-ali dicincang; dia tumbuh lagi. Dan terus tumbuh lagi. Saat sang pemilik rumah menemukan bahwa tidak ada gunanya terus menerus menebang pohon pisang; kita jadi tahu bahwa tak ada yang bisa menghentikan mereka yang pantang menyerah. Sebab, mereka yang pantang menyerah tidak akan pernah berhenti untuk berusaha. Seberat apapun tantangan yang mereka hadapi. Seperih apapun penderitaan yang mereka alami. Sesulit apapun rintangan yang mereka lintasi.

Duh, andai kita mampu mencerna falsafah pohon pisang itu. Lalu meresapinya didalam hati. Kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin tak ada satu hal pun dimuka bumi ini. Yang mampu membuat langkah kita terhenti. Karena, dengan falsafah itu; maka kita. Tidak akan pernah berhenti. Sebelum Berhasil. Mewujudkan. Tujuan hidup kita.

Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Learning Facilitator of “Business Process And Continuous Improvement” Program
http://www.dadangka darusman. com/

Catatan Kaki:
Ada satu cara yang pasti membuat kita berhasil. Yaitu, tidak berhenti melakukan sesuatu; sebelum berhasil.

Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul ”Belajar Sukses Kepada Alam” versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan perkenalkan diri disertai dengan alamat email kantor dan email pribadi (yahoo atau gmail) lalu kirim ke bukudadang@yahoo. com

aumber: milis sekolah kehidupan

Tuesday, March 9, 2010

RITA - AKANKAH PENJUANG KEHIDUPAN ITU HARUS MENYERAH?

Bismillah..

Assalamu'alaiukum wr wb,
Kemarin siang Senin, 8 Naret Pk. 12.30 Sal, menelpon saya dengan suara
tersendat: "Operasi Rita masih berjalan, tapi saya dipanggil dr Hilam. Beliau
memberitahu bahwa operasi tidak bisa dilanjutkan, karena sudah banyak sel-sel
kanker yang melekat di berbagai organ penting. Perlekatannya sudah tebal, kalau
dipaksa angkat, berbahaya bagi pasien. Yah, tinggal menunggu mu'zizat Allah
saja..."

Saya langsung jatuh terduduk, kaki lemas, badan saya dingin sekali. Sesaat saya
tidak bisa berkata-kata. Juga Sal. Hening. Tapi saya mencoba sekuat tenaga
memanggilnya.
"Terus, bagaimana?" tanya saya
"Operasinya ditutup"
"Jadi, kalau nanti Rita sadar, perutnya masih membesar?"
"Ya.."
"Kalau dia tanya, bagaimana?"
"Bagaimana ya?" dia balik bertanya, pasti bingung...


*

Sorenya Sal mengirim sandek: "Rita sudah di rang ICU, diantara sadar dan tidak,
dia berteriak-teriak astaghfirullahhal'adziim, ya Allah,
astaghfirullahhal'adzim, ya Allah... Saya tidak tega melihatnya..."
Menjelang maghrib Sal kembali mengirim sandek :" Rita sudah sadar penuh. Saya
belum diperbolehkan masuk, hanya melihatnya dari kaca. Perutnya dan kakinya
membesar.Ia menoleh ketika melihat saya, tangannya melambai dan tersenyum.
Wajahnya kurus, sehingga gigi-giginya kelihatan besar, tapi bagi saya ia sangat
cantik... aku sungguh sayang sama dia..!"
Malam harinya Sal mengirim sandek: "Malam ini digelar doa di masjid dan
mushalla-mushalla. Keluarga besar Rita dan saya berkumpul memanjatkan doa untuk
turunnya mu'zizat bagi Rika. Saya berharap Mbak juga ya...."


*


Ya, Allah, akankah Pejuang Kehidupan itu harus menyerah? apakah ia kalah?
Sungnguh banyak sekali misteri kehidupan tersimpan rapat-rapat. Bagi mata saya,
mungkin juga mata kita semua, Rita adalah sosok yang kalah, karena sangat tidak
berdaya menghadapi maut yang sedang mengancamnya. Sal, juga mungkin sosok suami
yang kalah karena tidak mampu membawa isterinya ke Singapura atau membeli obat
yang sangat manjur...

Saya jadi teringat Rita bercerita kepada saya pada hari Jumat, 26 Pebruari 2010
siang (saya bezuk). Ada seorang tetangga namanya G bezuk, bercerita bahwa
isterinya terkena kanker mamae, saat ini sedang berobat di Malaka. G
mondar-mandir Jakarta-Malaka dua hari sekali. Di sana dokternya hebat-hebat,
obatnya juga bagus-bagus, kenapa tidak bawa saja Mbak Rita ini ke sana, Sal?"
Ketika G sudah pulang, Sal menangis sengguk-sengguk sambil memeluk: "Maafkan,
aku tidak mampu membawa kamu berobat ke sana. Hanya di sini, di Sal Jamkesmas
ini..." Rita bercerita sambil tertawa, ia menjawab :" Sal, jangan dengerin Si G
itu ngoceh, biar saja! Kalau isterinya sembuh berobat ke sana, itulah yang kita
harapkan, kita bantulah mereka dengan doa. Kamu bawa aku ke sini, aku sangat
bersyukur, terimaksih, Sal. Memang yang punya obat untuk orang sakit siapa, sih?
Bukannya Allah yang pegang kunci gudangnya...hehehe, walaupun berobat ke Amrik,
kalau Allah gak kasih kuncinya, ya,
gak sembuh. Percaya saja sama Allah.. Lagian Si G itu kan memang orang somse
kaya gitu, gak usah direwes..."


*

Tetapi di mata Allah, apa sebenarnya yang hebat dari orang sakit? Tentu:
kesabarannya, usahanya, keikhlsannya! Bukankah begitu, saudaraku? Saya sangat
berterimaksih atas doa, penghiburan dan bantuan yang telah dicurahkan kepada
Rita. Semua itu adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita semua. Saya juga
mohon doakan isteri G semoga sukses, sembuh dan sehat kembali berobat di Malaka
(Malaysia), amiin. Dan untuk Rita, memang hanya mu'zizat Allah yang bisa
mengentikan penyakitnya...
Sampai dengan detik-detik meng-klik 'kirim' belum ada kabar tentang Rika, saya
mau telpon Sal, tapi hati saya tiba-tiba amerasa takut...

Nening
(nyuwun pangapunten dumateng sedherek Banyumasan, boten ngangge 'basa
kebanggan', saestu nyuwun pangapunten)

nening mahendra

sumber: milis FLP

Dibalik peran Sahabatku

Bismillah....

Matahari masih sepenggalah namun teriknya menelusupi ruang Sahabatku.
Sebagai seorang Manajer Sumber Daya Manusia dari sebuah BUMN di daerah,
tentu kebanyakan ya bertemu dengan karyawan. Tapi hari ini didepannya,
seorang laki-laki yang tengah menghiba, bukan karyawan. Orang itu
mengenakan baju meski kelihatan rapih nampak tersirat sangat
sederhana. Laki laki itu pensiunan Perusahaan tempatnya bekerja.

"Pak Manajer mohon maaf, saya datang kehadapan Bapak mau meminjam uang
sebesar Rp 3.500.000,- . "

Sahabat saya menjawab : " Bapak khan baru kenal saya, masak langsung
meminjam uang ?" Sentilnya " Kenapa Tidak pinjam ke teman, Saudara atau
ke tempat lain ?."

" Sudah Pak. Saya sudah putus asa, mereka semua menolak. Saya punya
hutang dimana-mana" Katanya memelas.

" Lho kalau punya hutang dimana-mana, bagaimana Bapak bisa mengembalikan
uang itu ? " Pensiunan itu menunduk dan bergumam," dengan uang Pensiun
sebulan sebesar Rp 850.000,- tentu memang berat untuk mengangsur.
Apalagi diman mana saya masih hutang".

"Untuk apa sih uangnya ? "

"Untuk membayar Uang Kuliah anak saya, Anak saya kuliah di UGM Yogya
Pak".

" Berapa bayaran kuliahnya" tanya sahabat saya.

" Tiga setengah juta Pak."

" Ini empat juta, bapak pakai, tidak usah hutang. Kalau benar- benar
untuk kuliah insya allah saya kasih. Saya akan bantu anak Bapak untuk
menyelesaikan kuliahnya". Bapak itu pulang dengan suka cita.

Hari lain, seorang uztadz datang, bilang pondoknya kesulitan pendanaan.
Sekarang ini sepi donatur. Dulu banyak, dan berasal dari kantor
sahabat Saya. Karena banyak yang pindah. Mereka biasanya menyumbang
beragam ada yang Seratus ribu, duaratus ribu, dsb.

" Dari Kantor ini, berapa total uang sumbangannya, Pak " Tanya sahabat
Saya.

" Kalau semua sekitar 1,5 juta sebulan, Pak ", Jawab Pak Uztadz.

" Ya sudah ini uang Rp 1,5 juta, bulan depan Bapak datang ke tempat
saya, Insya Allah saya akanrutin memberi 1,5 Juta".

Hari berikut, ada pengurus pesantren masih muda datang, mengemukakan
kesulitan dana operasional pengelolaan Pondok.

Dengan uangkapan ringan Sahabat saya berkata sambil menyerahkan selembar
amplop : " Ini uang sekedarnya. Nanti tiap bulan saya akan memberi tapi
jumlahnya tidak tetap, ya? " Katanya sambil menyerahkan amplop.

Hari yang berbeda, sekretarisnya bilang ada yg mau bertemu,
kelihatannya mau minta sumbangan.

" Apa tidak bisa dicarikan alasan agar tidak menemui saya? "

" Wah pak dia nangis nangis suami isteri, bilangnya akan menunggu sampai
Bapak datang kapan pun".

Akhirnya ia menyuruh masuk. Sepasang Suami Isteri masuk sambil
menundukk,

" Pak tolonglah kami Pak. Kata tetangga, untuk urusan anak sekoLah,
Bapak pasti membantu" Katanya " Saya sangat memerlukan Rp 8 juta ".

Sahabat Saya berkata dalam hati : " Wah saya salah ucap ya ....
maksudnya bukan untuk semua orang ......"

" Pak, anak saya kuliah di ITB. Saat ini mengalami kecelakaan dan harus
di operasi segera" Keduanya menangis dihadapan sahabat saya. " Saya
tidak punya uang sama sekali. Hanya kepada Bapak saya berharap Pak ".

"Hush , jangan begitu berharaplah pada Allah". Sahabat saya tergerak
hati. Ditelponnya isterinay yang sedang berada di Bandung. Suruh
mengecek kebenarannya. Kebetulan Saudara Isterinya dekan di ITB. Dan
memang benar anak itu mengalami kecelakaan, dan sudah dibantu Kampus
termasuk asuransi. Masih kurang 4,5 juta.

Akhirnya keduanya disuruhnya berangkat menggunakan travel untuk Menemui
anaknya ?."

" Pak Bagaimana biaya operasinya ? "

" Kampus membayar, Isteri saya nanti yang akan menutupi kekurangannya" .

Hari-hari telah berlalu.

Suatu malam, sekitar jam 10 malam. Sahabat Saya tersadar, dia harus
transfer uang. Anaknya kuliah di UGM dan harus bayar uang kuliah. Hari
ini terakhir. Saat dia memasukkan kartu ke atm, teringat dia pada
pensunan yang datang kekantornya beberapa waktu lalu.

Setelah selesai transfer, tanpa pikir panjang, dia ambil uang cash. Dia
berpikir bahwa pensiunan itu pasti juga membutuhkan uang kuliah untuk
anaknya.

Kemudian ditelusurinya malam yang lengang, dicarinya rumah pensiunan
itu. Setelah muter muter dan bertanya akhirnya ditemukan rumah yg
sederhana. Dengan pagar separoh yang sudah terkunci.

Setelah di mengetok ngetok pagar beberapa lama, seorang laki laki
bersarung dan tangannya memegang tasbih menyambutnya. Betapa
terkejutnya saat mengetahui Sahabat Saya yang datang.

" Oh Pak mari masuk pak, ada apa pak malam-malam ?".

Setelah duduk, akhirnya sahabat saya mengatakan minta maaf karena malam
malam datang.

" Sasya tadi dari ATM, mentransfer uang kuliah anak saya" Kata sahabat
saya "Tiba tiba Saya teringat Bapak"

Sahabat saya melanjutkan : " Begini pak saya kan telah berjanji mmemberi
bapak uang untuk kuliah anak bapak. Ini uangnya".

Orang tua itu mengalirkan airmatanya di ujung mata, tak bisa berkata
kata

" Subhanallah Pak " akhirnya dia berkata masih terbata " Pak, saya sudah
di titik hampir putus asa. Tadi anak saya mestinya berangkat ke Yogya,
tetapi tidak mau. Itu dia di kamar meringkuk. Dia bilang kalau belum
bawa uang kuliah dia tidak akan pergi"

" Saya hanya mampu mengadu pada Allah. Saya serahkan sepenuhnya pada
Kekuasaan Allah. Saya hanya minta pada NYA. Sudah beberapa jam saya
berada diatas sajadah Pak. ".

.

Dipanggilnya anaknya. Kemudian setelah diberitahu siapa Sahabat saya,
anak itu mencium tangan dan mengucap terima kasih.

" Berterimakasihlah pada allah saya hanya melantarkan saja." Kata
sahabat saya lembut. Dan kemudian dia pamit.

============ ========= ========= ========= ========= ====

Terimakasih sahabatku, semoga yang engkau lakukan memberi Inspirasi
kepada yang lain.

Jakarta akhir Februari 2010.

Hudi Darminto.

Hudie_de@yahoo. com

(( Renungan sahabat saya : Ini pertanda dari allah, untuk inilah dia
dipindah kesini, ditempat yang lama gajinya besar sementara tak ada
yang meminta karena didaerah terpencil. Setelah pindahdengan gaji yg
jauh lebih kecil dia banyak disuruh allah untuk memberi)).

allah untuk memberi)).

Hudi Darminto

Rahasia kehidupan adalah memberi

*****

sumber : milis FLP

Istriku itu...

Bismillah..

"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri shalehah." (HR Muslim dan Ibnu Majah)

Seorangayah. wp.com,
Udara dhuha itu begitu cerah, secerah wajah seorang suami yang sedang
berbunga-bunga. Sesaat setelah dhuha, dia duduk di meja kantornya,
menghadapai komputer yang tetap setia menemani. Sesekali wajahnya di
tengok-kan ke sebelah kiri ke jendela, memandang arus lalu lintas di
Jalan Gatot Subroto, “Ehm…masih lancar gumamnya”. Sambil memandang ke
Jalan Gatot Subroto dari lantai 11, fikirannya hanya terbayang wajah
cantik sang kekasih hati, bidadarinya, yang sudah hampir tiga tahun
ini, setia menemani dalam suka dan duka.

Seorang sahabat menepuk pundaknya, “Kok senyam-senyum sendiri?”
sambil mendekat duduk kepada pemuda yang berstatus ayah muda itu. “Iya,
sedang memikirkan kekasih hati”, jawabnya sambil tetap senyam-senyum
sambil menatap jalanan Gatot Subroto yang perlahan padat merayap.

“Adakah yang kau pikirkan dengan kekasih hatimu itu?” Tanya rekan
kerja yang memang sejak awal masuk sudah menjadi teman ngobrolnya itu.
“Iya, saya sedang berfikir, apakah istri saya itu istri shalihah?”
curhatnya sambil memindahkan arah pandangan ke arah kuningan, dan yang
tampak hanyalah barisan gedung Wisma Karya, RNI dan gedung lainnya.
“Memangnya istri kamu kenapa?” sahabatnya bertanya dengan intonasi
menyelidik, dan memang karena mereka sudah seperti saudara, maka
perbincangan- pun berlanjut.

Istriku itu…

Jika ia lebih awal bangun dan itu belum waktu shalat Shubuh,
biasanya ia membangunkanku dengan lembut, tangannya yang halus, mungil
serta putih itu menyentuhku perlahan, dan ketika ku buka mata ini,
tampaklah wajah cantik nan ayu sudah tersenyum manis. Dan terucaplah
kata-kata lembutnya : “Sholat Tahajud Yuuk”, sambil memberi “sun” saya
langsung bergegas menuju tempat wudhu, sesampainya di kamar, bidadari
manisku itu sedang menunggu untuk shalat bersama. Dengan balutan mukena
yang bercorak border pink dengan warna dominant putih, wajah putihnya
kian cantik dan begitu sejuk di pandang, “Ya Allah…jadikanlah wanita
ini menjadi penghulu para bidadari di Syurga nanti” do’aku dalam hati.
Lanjut membaca

============ ========= ========
Dibutuhkan senyum untuk hidup...
Semangat untuk bergerak...
Iman untuk berjuang dan
Sahabat untuk saling mengingatkan. ..
============ ========= ========
Abdul Azis, S.Pd
PT. JARING DATA INTERAKTIF
Qtv | SwaraChannel
e.mail : azis@qchannel. tv
Ph. +6221-52900303 | Fax. +6221-52900301
www.abdulazis. com
www.cahayarumah. multiply. com
============ ========= ========

sumber : milis sekolah kehidupan

Monday, March 8, 2010

40 hari

Bismillah.....

22 Desember 2009 bertepatan dengan hari Ibu,saya berniat
membelikan Ibu saya kue tart.Tapi niat itu urung dilakukan
karna saya berpikir nanti saja sekalian merayakan ultah
Ibu tanggal 3 maret dan ultah saya 9 maret, yah...mungkin
semacam syukuran kecil-kecilan.

Beberapa hari setelah mother's day,pulang dari tempat
beraktifitas saya dapat surprise yg menarik.Setelah sekian
lama Ibu tiba-tiba memasak makanan kesukaan saya,padahal
beliau dalam keadaan sakit tapi memaksakan diri untuk
memanjakan anak bungsunya ini.

Awal 2010 saya sempat beberapakali pulang larut malam,tapi
Ibu selalu setia menunggu kepulangan saya dan itu sudah
dilakukannya sejak dulu.Dan dalam keadaan kurang sehat
lagi-lagi beliau memaksakan diri begadang untuk menanti
saya mengetuk pintu.

18 Januari 2010 Ibu dirawat yg diharapkan tentunya
kesembuhan.23 Januari 2010 dengan sangat memaksa beliau
meminta pulang dengan berusaha melepasakan infus
ditangannya. Saya dan kakak-kakak sepakat pada hari itu
membawa Ibu pulang dari Rumah Sakit.Dalam perjalanan saya
melihat pancaran kebahagiaan di wajah Ibu.

Satu jam kemudian sesudah sampai di rumah,rasa khawatir
kehilangan itu benar-benar hadir,karna Ibuku tersayang
menghadap sang Khalik.

Hari ini 3 maret 2010 adalah hari kelahiran Ibu dan juga
40 harinya beliau berpulang.
40 hari sudah sosok yg melahirkanku itu pergi
40 hari sudah tempat aku berkeluh kesah,motivator
terbaikku,koki paling hebat bagiku dan yang selalu
menunggu kepulanganku. ..Saat ini dan selamanya cukup saya
rindukan,doakan dan saya kenang...

jangan pernah ada kata menunda untuk membahagiakan
orangtua,menunda jika kita sudah sukses atau menunda
sampai kita punya waktu dan materi yg melimpah karna
merasa orangtua akan lebih berbahagia dengan hal itu.Tapi
sebenarnya orangtua bahagia jika anaknya merasa bangga
telah dilahirkan dan dibesarkan oleh sosok orangtua
seperti mereka.

Posted by: "fahmi ahmad wiguna" fampi_br@plasa.com


sumber : milis sekolah kehidupan

Keutamaan Bersedekah Kepada Faqir Miskin Yang Tidak Meminta

Bismillah...

Suatu hari di salah satu bagian ibukota terjadi peristiwa kebakaran di malam
hari yang melanda sebuah rumah keluarga kaya raya, yang mana seluruh penghuni
rumah termasuk pemiliknya mati terbakar didalam rumah tsb. Para penghuni rumah
tsb sudah berusaha keluar dari rumah namun karena semua pintu keluar sudah
terkepung api dan jendela-jendela yang ditralis besi yang kuat maka mereka tidak
bisa keluar.

Walaupun penghuni rumah tsb tidak pernah mau bergaul dengan para tetangga
apalagi menolong tetangga yang sedang kesusahan, para tetangga rumah tsb tetap
berusaha menolong mereka dg membawa linggis, namun karena terlampau kuat tralis
besi jendela rumah tsb, maka sia-sialah usaha mereka untuk menolong.


Apa yang terjadi kepada keluarga kaya tsb bisa menjadi pelajaran yang berharga
untuk kita semua yang mengaku beriman kepada Allah,SWT dan hari pembalasan bahwa
untuk hidup bahagia dengan harta yang berlimpah aman dari maling,pencurian atau
perampok adalah bukan dengan memasang tralis-tralis besi yang kuat di dalam
rumah kita tapi kita harus menjalankan apa yang sudah diperintahkah dalam
Al-Qur'an dan Sunnah yaitu melaksanakan Zakat,Infaq atau Shodaqah dari sebagian
harta kita kepada para faqir miskin baik yang meminta-minta maupun tidak meminta
kepada kita, khususnya di lingkungan sekitar kita.


Firman Allah,SWT dalam Al-Qur'an Qs. 2 : 273 :

" Berinfaqlah kepada orang-orang faqir yang terikat oleh jihad di jalan Allah,
mereka tidak dapat berusaha di muka bumi , orang yang tidak menyangka mereka
orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta, kamu kenal mereka dengan
melihat sifat-sifatnya , mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan
apa saja harta yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) , maka sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui."


Dari ayat di atas jelas bahwa Allah,SWT memerintahkan kepada kita untuk
menafkahkan sebagian dari harta kita kepada para faqir miskin baik yang meminta
maupun tidak meminta tapi kita tahu mereka membutuhkan pertolongan dari
tanda-tanda mereka dalam kehidupannya sehari hari.


Apalagi jaman sekarang ini yang mana banyak sekali orang yang miskin yang untuk
makan sehari-hari saja mereka harus berjuang dari pagi s/d sore namun masih
kekurangan makan karena masih harus membayar mahalnya sewa kontrakan rumah,
namun mereka enggan meminta-minta kepada orang kaya. Orang-orang miskin seperti
inilah juga harus kita bantu, mungkin minimal dengan memberikan sebagian makanan
yang ada di rumah kita, bukankah ini perintah Baginda Nabi Kita Muhammad,SAW
kepada kita ummatnya?


Ulama terkenal Imam Habib Abdullah Hadad dalam kitabnya "Nasihat Agama dan
Wasiat Iman " dalam Bab Zakat,Infaq dan Sedekah mengatakan bahwa orang yang
tidak mau mengeluarkan zakat,infaq atau sedekah terhadap sebagian hartanya akan
mengalami hal-hal sebagai berikut :


1.Harta tsb bisa menjadi sumber bahaya, fitnah dan bencana.
2.Harta tsb terangkat berkahnya.
3.Harta tsb bisa menjadi sumber dari segala perbuatan dosa.
4.Hidup penuh gelisah dan keluh kesah, merasa bosan dg ketentuan Allah,SWT.
5.Dikhawatirkan meninggal dalam keadaan Suul Khatimah (keluar dari agama Islam).
6.Di akhirat harta yang tidak dikeluarkan zakatnya akan menyiksa yang empunya
harta tsb di neraka.

Mohon maaf atas segala kekurangan,

Walllahua'lam

Al-Faqir


http://alihozi77.blogspot.com

suber: milis sekolah kehidupan

14 PRINSIP MUTU DEMING

Bismillah...

Deming menawarkan empat belas prinsip kunci bagi manajemen untuk
meningkatkan efektivitas bisnis. Poin-poin ini pertama kali disajikan
dalam bukunya Out of the Crisis.

1. Buat tujuan yang mantap untuk meningkatkan produk dan pelayanan,
dengan maksud untuk menjadi lebih kompetitif dan bertahan dalam bisnis,
dan untuk menyediakan pekerjaan.

2. Adopsi Filosofi Baru. Kita berada dalam zaman ekonomi baru. Manajemen
harus bangun dan menerima tantangan, harus belajar bertanggung jawab
mereka, dan menggunakan kepemimpinan untuk menciptakan perubahan.

3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi untuk mencapai kualitas.
Hilangkan kebutuhan akan pemeriksaan mendasar secara massal, ciptakan
produk yang berkualitas sejak awal.

4. Akhiri praktik melakukan bisnis berdasarkan harga. Sebaliknya,
minimalkan biaya total. Bergeraklah ke arah pemasok tunggal untuk setiap
satu item, ciptakan hubungan jangka panjang berdasarkan kesetiaan dan
kepercayaan.

5. Tingkatkan kualitas produk dan pelayanan secara konstan dan
berkesinambungan, tingkatkan kualitas dan produktivitas, dan dengan
demikian biaya terus-menerus mengalami penurunan.

6. Lembagakan pelatihan di tempat kerja.

7. Lembaga kepemimpinan. Tujuan pengawasan haruslah untuk membantu
manusia, mesin-mesin, dan peralatan untuk melakukan pekerjaan yang lebih
baik
. Tingkatkan kualitas dari pengawasan manajemen dan pengawasan
pekerja produksi.

8. Hilangkan rasa takut, sehingga setiap orang dapat bekerja efektif
untuk perusahaan.

9. Hancurkan penghalang antar departemen. Orang-orang dalam penelitian,
desain, penjualan, dan produksi harus bekerjasama sebagai sebuah tim,
untuk mengantisipasi hasil produksi dan penggunaannya, dengan demikian
masalahnya bisa dideteksi secara dini dalam proses menghasilkan produk
atau jasa.

10. Hilangkan slogan-slogan, desakan, dan target untuk angkatan kerja
meminta tanpa cacat dan tingkat produktivitas baru. Nasihat seperti itu
hanya menciptakan hubungan yang berlawanan, sebagai bagian terbesar dari
penyebab rendahnya kualitas dan produktivitas rendah milik sistem dan
dengan demikian berada di luar kuasa tenaga kerja.

11. a. Hilangkan bekerja berdasarkan standar (kuota) di lantai pabrik.
Gantikan dengan kepemimpinan.

b. Hilangkan manajemen berdasarkan tujuan. Hilangkan manajemen dengan
angka-angka, numerik tujuan. Gantikan dengan kepemimpinan.

12. a. Hapus hambatan yang merampok pekerja per jam haknya untuk
kebanggaan pengerjaan. Tanggung jawab pengawas harus diubah dari angka
yang jelas terhadap mutu.

b. Hapus hambatan yang merampok orang di manajemen dan di rekayasa hak
mereka untuk kebanggaan pengerjaan. Ini berarti, antara lain,
"penghapusan tahunan atau jasa penilaian dan manajemen dengan
tujuan.

13. Institut program pendidikan dan perbaikan diri yang kuat.

14. Letakkan semua orang di perusahaan untuk bekerja dan mencapai
transformasi. Transformasi adalah tugas semua orang.

"Pelatihan besar-besaran diperlukan untuk menanamkan keberanian
untuk melanggar tradisi. Setiap kegiatan dan setiap pekerjaan adalah
bagian dari
proses. "

filosofi petualang

Bismillah.....

A wise man climbs fuji once, only a fool climbs it twice.
Orang bijak mendaki gunung fuji satu kali, hanya orang bodoh yang
mendaki dua kali.
Pepatah kuno gunung fuji

Perjalanan seribu langkah dimulai dengan melangkah kaki pertama.
Pepatah kuno chinese

You can't cross the sea merely by standing and staring at the water.
Kau tidak dapat menyeberangi lautan hanya dengan melihat dan menatapi
air.
Rabindranath Tagore

Adventure is not outside man; it is within.
Petualangan bukan berasal dari luar, hal itu ada di dalam
David Grayson

There is no shortcut to the top
Tidak ada jalan potong untuk sampai ke puncak
Ed viesturs

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
Thomas Alfa Edison

Let me win, but if I cannot win, let me be brave in the attempt
biarkan aku menang, jika tidak bisa menang, biarkan aku mencoba nya.

Special Olympics Motto

Ada yang mau nambahin?

INOVASI TIADA BATAS

Bismillah...

Jangan pernah bilang kalau perkembangan kreatifitas dan inovasi anak

negeri di bidang teknologi informatika jauh ketinggalan dibanding
sumber daya manusia dari negara lain, di hadapan para narasumber Kick
Andy episode ini. Anda bisa saja langsung diseret ke tempat mereka dan
dibuat bengong dengan sejumlah produk TI mutakhir hasil karya
“kecanggihan” otak mereka.
Salah satu contohnya, empat remaja kelas tiga SMK Negeri I Surabaya
ini. Irene Erlyn Wina Rachmawan, Putri Dyah Citra Nur Kumala Sari,
Rara Indah Permatasari dan Mochamad Basofi Eko Nugroho. Siswa-siswi
jurusan rekayasa perangkat lunak dan multimedia ini, sudah sangat jago
aplikasi bahasa pemrograman berbasis Java. Untuk sekedar membuat game
dan kamus digital untuk handphone, bukan sesuatu yang sulit bagi
mereka. Bahkan mereka punya pengalaman unik dan dahsyat saat terpilih
sebagai siswa program pertukaran antara Indonesia dengan Kamboja dan
Vietnam tahun 2009 lalu. Di dua negara itu, mereka bukannya duduk
sebagai siswa, namun justru berposisi sebagai pengajar, bagi para
mahasiswa teknik elektro dan sains terapan di kampus teknik dua negara
tersebut!

Sementara dari Universitas Bina Nusantara Jakarta, dua tim TI
mahasiswa serta alumnus dari kampus ini juga sudah mampu “bersuara
lantang” di kancah kompetisi teknologi informatika dan multimedia
dunia. Yang lebih membuat salut lagi, teknologi kecerdasan ciptaan
mereka, dibuat berdasarkan empati kepada para kalangan yang memiliki
keterbatasan fisik. Eye-B Pod karya Stanley Audrey, Victor dan
Josphine Klara misalnya. Perangkat lunak ini dibuat berdasarkan
kepedulian mereka pada keinginan kaum tuna daksa, yang tak memiliki
lengan namun tetap berhasrat tinggi pada komputer. Mereka bertiga
membuat aplikasi pengganti mouse dan keyboard komputer, dengan
mengandalkan gerakan bola mata serta kedipan!

Sementara produk MLM for the Blind, dari namanya saja pasti sudah
ketahuan apa dasar pertimbangan penciptaan aplikasi ini. Yup, Erik
Taurino Chandra, Rico Wijaya dan Yudhi merekayasa perangkat keras dan
lunak sekaligus, untuk membuat para tuna netra memiliki alat pembaca
buku digital portabel. Alat ciptaan mereka ini, mampu menerjemahkan
tulisan elektronik atau artikel e-book ke dalam huruf Braille, dan
enaknya bisa ditenteng-tenteng kemana saja oleh teman-teman tuna
netra. Masalah keterbatasan bahan bacaan bagi para tuna netra, diatasi
oleh kreatifitas dahsyat mereka bertiga.

Tak mau kalah dari para jago TI berfisik normal, Eko Ramaditya Adikara
juga membuat kita berdecak kagum. Setelah mendemonstrasikan
kecanggihan kinerja MLM for the Blind, Rama yang tak bisa melihat
sejak lahir ini ternyata juga memperlihatkan hasil karyanya. Rama
adalah tuna netra yang berprofesi sebagai seorang sound engineer
digital, alias komposer musik digital yang harus menggunakan komputer
juga. Prestasinya tak tanggung-tanggung. Ia berhasil menyisihkan
ribuan sound engineer pada kompetisi pembuatan ilustrasi musik untuk
game digital Super Mario Galaksi keluaran Nintendo serta sejumlah game
online lain seperti Ragnarok dan Final Fantasy VII.

Sementara 2 narasumber lain asal Bandung, juga tak kalah inovatif. Tim
TI mahasiswi ITB yang berjuluk Putri Petir misalnya, menciptakan game
interaktif yang berbasis kepedulian pada pelestarian seni dan budaya
tradisional Indonesia. Mereka berhasil membuat Tari Saman Digital,
yang dibuat serupa dengan game Dance-Dance Revolution. Jika saja
aplikasi ini sudah mampu diproduksi secara massal, tak pelak game
tarian yang bernama keren Thousand Hand Revolution ini, merupakan
salah satu gerakan memperkenalkan seni budaya asli Indonesia yang
dilakukan secara efektif dan menyenangkan.

Narasumber satunya dari Bandung, adalah komunitas anak muda pecinta TI
sekaligus asas Bhineka Tunggal Ika, ABIGDEV. Komunitas yang juga
perusahaan pengembang game digital ini, telah memiliki 8 produk game
digital yang tersebar dan dimainkan di situs-situs jejaring sosial
secara online. Dua di antaranya adalah game bisa dipakai sebagai
permaainan an sich sekaligus sebagai sarana pembelajaran dan
pengenalan berbagai adat istiadat, seni budaya dan kekayaan
tradisional warisan nenek moyang di berbagai suku dan daerah
Indonesia. Angklung Heroes dan Nusa Challenge, adalah produk yang
lahir didasari keprihatian Fajar Persada Supandi dan teman-temannya di
ABIGDEV, terhadap isu klaim budaya Indonesia oleh Malaysia beberapa
waktu lalu, serta langkanya game yang “berbicara” tentang kekayaan
budaya Indonesia.

Dan narasumber berikutnya, adalah perusahaan pencipta ribuan perangkat
lunak pembelajaran matematika dan sains terapan untuk kalangan pelajar
SD, SMP dan SMA serta SMK. Pesona Edukasi, terbukti menjawab keraguan
lemahnya kreatifitas dan inovasi teknologi informatika dan multimedia
SDM Indonesia secara nyata. Siapa sangka, Pesona Edukasi telah
mengekspor ribuan software pendidikan hingga ke 23 negara dunia? 3500
sekolah dalam negeri juga telah mengaplikasikan produk TI mereka dalam
mata pelajaran matematika dan fisika. Dan berbagai penghargaan dari
pemerintah negara-negara di 5 benua serta pengakuan PBB, telah mereka
raih. Dan semua karya ciptaan ini, murni hasil kerja keras anak
negeri.
Terbitkan Entri

Jadi, masih adakah yang meragukan kualitas “otak” bangsa Indonesia di
bidang Teknologi Informatika dan Multimedia?

Gift for Myself

Bismillah...

Seseorang yang sanggup menghargai
dirinya pasti akan lebih mampu untuk menghargai orang lain. Karena perang
terbesar dalam kehidupan bukan Perang Badar, bukan Perang Salib, bukan Perang
Dunia berjilid-jilid, namun perang melawan hawa nafsu.

Perang melawan diri sendiri, jujur
pada diri sendiri yang berarti satunya pikiran perkataan dan nurani menjadi
sebuah sikap. Bila kita sudah mampu menundukkan ego diri dan memberikan
penghargaan setulusnya pada diri sendiri bukankah akan lebih mudah bagi kita
untuk mengapresiasi orang lain?

Tapi sedihnya yang sering terjadi
adalah hati takut akan borok diri, dan memerintahkan pikiran untuk menutupi dan
mulutpun mengeksekusi perintah itu dengan berbohong diri. Hmhh…

Maka ketika ada seorang teman
yang menginspirasi tulisan ini karena dia sering menghadiahi dirinya sendiri
ketika mencapai target-target yang dicanangkan. Bisa menerjemahkan buku 20
lembar per hari hingga kelar, sementara masih harus ngurusin anak dan suami,
beres-beres rumah serta menghandle toko buku online-nya, sehingga berhari-hari
harus begadang hingga Subuh menjelang, dan akhirnya buku itu kelar juga
diterjemahkan. Diapun menghadiahi dirinya (atau suaminya ya? tapi setahuku dia sering menghadiahi dirinya sendiri, CMIIW) sepotong kue coklat dan kue Sus. Wow!

Walaupun gift itu begitu
sederhana tapi betapa itu bermakna bagi dirinya, karena menghargai diri sendiri
atas pencapaian yang telah diselesaikan. Terkadang kita lupa dengan diri kita
sendiri, kurang menghargainya padahal banyak potensi diri yang patut untuk kita
apresiasi. Sometimes itu seperti vitamin dalam tubuh kita. Memanjakan diri
dengan sesuatu yang menyenangkan diri kita sendiri, selama itu membantu kita
menyegarkan jiwa kita, why not! Asal bukan bermewah-mewah, beda esensi lo!
Semua tergantung kemampuan masing-masing, jangan untuk beli makan aja susah pengen
nyenengin diri ke spa yang ratusan ribu rupiah. Itu namanya bunuh diri, mau
menang sendiri. Hehehe…

Dan pagi ini setelah kelarin
pekerjaan rumah sebelum kekantor : bisa nyuci baju, bisa siapin sarapan suami
dan anak walaupun beli jadi, bisa
nyuapin anak-anak walaupun dibantuin keponakan, bisa beres-beres kamar, bisa
mandi dengan nikmat, bisa berangkat ke kantor gak telat-telat banget, melalui pagi ini dengan pikiran riang, ringan, dan
bahagia, sudah cukup alasan bagiku untuk menghadiahi diriku semangkuk kecil
bubur candhil (bhs Jawa : Jenang Grendhul) favorit saya seharga 2500 perak
untuk sarapan. Sudah dua hari ini saya menginginkan bubur itu, dulu almarhumah
Mertuaku paling jago kalau bikin bubur itu, dan bubur yang kubeli tadi pagi
walaupun tak sama persis, namun bisa memuaskan keinginanku untuk menghadiahi diriku.

So, kenapa tak mulai memikirkan
hadiah apa yang paling pantas kita persembahkan buat diri kita sendiri hari
ini? Agar kita lebih bijak untuk menghargai dan mengapresiasi orang lain?.

Peringatan :
Setelah
membaca ulang tulisan dr paragraf atas hingga paragraf akhir, kayaknya ada yang
janggal dan berbau narsisme ya?

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

sumber : milis sekolah kehidupan

Gelisah Seorang Ibu

Bismillah..

Hari ini hujan yang telah lama tak hadir kembali mengguyur kotaku. Walau tak merata dan tak lama turunnya, namun cukuplah membawa kesegaran yang tlah lama tak menyapa.
Hari ini hujan bukan saja menyapa tanah di luar gedung, namun juga ada "hujan" di ruanganku. Hari ini tangisku pecah.

"Kak, pasien yang sudah 2 hari di rawat ini pembukaannya ngga maju – maju. Sudah di konsul ke dr.Mira, katanya di minta ke Salam (RS mitra kami_red) untuk USG. Kalau smua masih bagus, kita tunggu, tapi kalau bermasalah langsung di sectio. Tapi pasiennya ngga mau. Dia nangis terus dari tadi. Katanya mending dia pulang aja daripada di bawa ke rumah sakit", terang Bidan Nur kepadaku saat aku sedang menikmati santap siang bersama teman – teman di pantry kantor.

Segera kusudahi santap siang dan menuju ruang persalinan. Saat itu terlintas ada 2 nyawa yang akan melayang jika ibu ini bersikeras tidak mau ke rumah sakit. Galau hatiku.

" Mungkin dia makin stress kak, karena anaknya ini mau diambil saudaranya jika sudah lahir. Suaminya ngasi aja karena hidup mereka juga sudah susah" tambah bidan Nur lagi.
Makin tercekat hatiku.

Saat memasuki ruangan, aku yang biasanya bisa ceria menghibur pasien, kali ini seolah kehilangan kata – kata. Pemandangan yang ada di depanku membuat hatiku tercekat.

Di sudut ruangan, silvia yang masih berumur 9 tahun menangis sambil memeluk kakinya yang di lipat. Anak tertua dari Ibu Parida ini menangis karena melihat ibunya menangis. Sementara ibu Parida duduk dengan wajah yang membuatku terenyuh. Wajahnya tampak sangat pasrah dengan air mata yang luruh di pipinya. Pelan tangannya mengusap air mata dengan kain yang dia gunakan. Namun air bening itu jatuh dan jatuh lagi.

"Ibu kenapa ngga mau di bawa ke rumah sakit", tanyaku.
Ibu Parida Cuma menggeleng perlahan.

"Pulang aja ya bu", ujarnya perlahan.

"Kenapa bu? Kita USG aja dulu. Kita berdoa semoga masih bisa normal. Nanti ibu pulang kesini lagi ", bujukku.

"Saya ngga mau di operasi".

"Ibu ngga ada dana ya? Sudah la bu, jangan di pikirkan itu. Yang penting sekarang ibu dan bayi selamat. Kami yang akan menanggulangi biayanya. Lagian kan belum tentu di operasi", bujukku lagi.

Mendengar kata – kata ku, barulah beliau menganggukan kepalanya.
Alhamdulillah ... lega sekali rasa hatiku

"Bu, saya tidak akan izinkan anak saya di ambil", ujar bu Parida dengan wajah yang sulit aku terjemahkan maknanya.

"Iya bu, nanti kalau perlu saya bantu bicara dengan suami ibu ya", aku berusaha untuk menenangkan beliau.

Segera kuminta perawat untuk menyiapkan Ambulance yang akan mengantar ibu Parida ke Rumah Sakit.

Silvia belum juga berhenti menangis. Aku memanggilnya dan membujuknya untuk tidak menangis. Bergantian aku dan perawat memeluknya untuk membantu menenangkannya. Aku ajak bocah kelas 4 SD ini berbincang tentang sekolah dan adiknya untuk mengalihkan kesedihannya.

Belum lagi ibu Parida berangkat, ibu Ningsih yang sedang menunggu kelahiran anak pertamanya mengerang kesakitan. Duh Subhanallah berat perjuangan bunda tuk melahirkan buah hati amanah Allah.
Ku hampiri Ibu Ningsih dan memberikan sugesti agar beliau bersemangat dalam menghadapi proses persalinan ini. Suami yang mendampingi tak mampu berkata apa – apa. Hanya tangannya saja yang bergerak mengelis perut istrinya yang mulas. Wajah beliau tampak tegang.

Usai bu Parida berangkat dan bu Ningsih mulai tenang, aku kembali ke ruangan. Di ruangan yang mulai gelap karena mendung menyelimuti kotaku, air mataku mulai tumpah. Sengaja tak kuhidupkan lampu karena tak mau orang lain tau aku menangis.

Ya Allah, betapa berat beban Bu Parida. Sampai – sampai karena ketiadaan biaya dia jadi seperti tak punya harapan hidup lagi. Bahkan tak memikirkan nasib dirinya dan bayi dalam kandungannya.
Ditambah lagi dengan niat suaminya memberikan anaknya pada orang lain karena beban hidup yang tinggi.
Tak sanggup aku melukiskan galaunya hatiku melihat kenyataan ini.

Program Jamkesmas, Medan Sehat, Keluarga Harapan tak bisa mereka dapatkan entah karena aparat pemerintah di lingkungan mereka kurang peka atau apa, aku tak sanggup menguraikannya.

Jika saja kami bisa berbuat lebih. Namun hingga saat ini, kami hanya sanggup menolong persalinan normal di Rumah Bersalin Gratiis yang sederhana ini. Kami belum memiliki ruang operasi sehingga belum bisa melayani pasien yang harus mendapat tindakan operasi.

Dalam gelap, dalam diam aku terus menangis.
Ya Allah ... Kuatkan kami untuk terus bisa menyentuh dan memandirikan pada dhuafa.
Ya Allah ... Jadikanlah kami hamba MU yang terus bersyukur

Pukul 17.30 Ibu Ningsih melahirkan bayi perempuan. Namun resahku masih tersisa karena tangisan bayi masih seperti merintih. Perawat terus berupaya melakukan resusitasi bayi agar bisa menangis kencang.

Alhamdulillah usai USG, ibu Parida diperbolehkan kembali ke RBG dan kami melanjutkan perawatan dengan pantauan ketat dari dokter kandungan.
Saat ini, pembukaan ibu Parida juga sudah mengalami kemajuan dan mulas – mulas juga semakin sering.
Tak ingin rasanya pulang ke rumah hingga Bu Parida melahirkan dengan normal. Namun, ibunda tercinta juga harus mendapatkan hak dari anaknya ini. Karena jika tidak, beliau juga akan sangat gelisah menanti anaknya belum pulang se sore ini.

Hari ini ENGKAU memberikan sebuah sentuhan yang luar biasa bagi hamba MU ini ya Allah. Smoga hamba mampu memberikan karya yang terbaik agar ENGKAU dan RASUL MU tersenyum.

Medan, 5 Maret 2010
* Jangan Pernah berhenti mensyukuri smua nikmat NYA *

anty thahir

sumber : milis sekolah kehidupan

Template by : kendhin x-template.blogspot.com