Thursday, March 11, 2010

Apakah Tanda Itu Ada di Dahi Saya?

Bismillah...

Membaca sebuah tulisan karya Made Teddy Artiana yang berjudul Sebuah Tanda di Dahi Kita membuat saya merenung. Merenungkan diri ini apakah sudah ada tanda itu pada diri saya. Dicintai-Nya, sebuah anugerah yang tidak bisa dinilai walaupun dengan pernak-pernik alam semesta.

Sebagai hamba Tuhan seharusnya sedari awal menyadari bahwa kita ini makhluk yang lemah. Kita tidak bisa berdiri sendiri dan dalam hal apapun pasti memerlukan pihak lain yang turut memberikan kontribusi. Daya kita terbatas termasuk dalam urusan memenuhi kebutuhan diri sendiri.

Saya merenungkan tentang tanda itu. Dicinta-Nya. Dia Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Dia Yang Maha Perkasa dan Bijaksana. Namun ke-Maha-annya itu sulit sekali terpatri dalam sanubari ini.

Dalam menghadapi cobaan seringnya saya membayangkan suasana yang tidak memungkinkan dan keputusasaan sebagai akhirnya. Saya melupakan bahwa Tuhan kuasa untuk melakukan apa saja termasuk mencabut cobaan yang pada hakikatnya adalah ujian dari-Nya. Dalam kondisi bahagia saya sering melampiaskannya dengan tawa dan hingar bingar tanpa menyadari bahwa kebahagiaan itu pemberian-Nya sebagai wujud kasih dan sayang-Nya.

Untuk menjadi yang dicintai-Nya saya berfikir seharusnya saya menggantungkan semua hal kepada-Nya dengan melibatkan-Nya. Tetapi seringkali akal saya yang bengkok ikut membengkokkan kepasrahan kepada-Nya menjadi sikap angkuh diri bahwa logika saya bisa menyelesaikan- Nya atau meruntuhkan keyakinan menjadi keputusasaan seolah tiada lagi jalan keluar.

Sangat terasa sekali bahwa saat ini saya belum merasakan ada tanda itu pada dahi saya. Berbagai permasalahan membuat saya lemas dan kurang bersemangat dalam menjalani hari demi hari. Saya terus memikirkan apa jalan keluar dari permasalahan yang saya hadapi namun berakhir dengan kebuntuan. Saya memaksakan diri ini untuk menjadi pemecah masalah dan berfikiran saya ini super gadget yang super canggih tanpa keterbatasan. Hasilnya adalah letih karena banyak energi yang terkuras namun permasalahan tidak kunjung selesai.

Menjadi yang dicinati-Nya berarti memasrahkan segala bentuk hal kepada-Nya. Saya harus mulai kembali memahami hal ini. Mengadu kepada-Nya, menceritakan semual hal yang terjadi pada diri saya. Menjadi yang dicintai-Nya berarti meyakini bahwa Dia selalu memberikan yang terbaik untuk saya. Jadi apapun yang terjadi pada diri saya bertujuan untuk membesarkan saya dan saya harus meyakini itu.

Menjadi yang dicinta-Nya berarti membiarkan semua doa yang saya sampaikan itu berproses sehingga saya harus tetap sabar dan yakin bahwa semuanya ada dalam kuasa-Nya. Menjadi yang dicintai-Nya berarti saya tidak boleh lagi khawatir dan takut akan masa depan setelah saya memaksimalkan ikhtiar. Menjadi yang dicintai-Nya berarti saya tidak boleh takut untuk kekurangan harta karena Dia telah menjamin rizki saya setelah saya memaksimalkan usaha.

Hari ini saya harus memulai kembali membersihkan cermin sehingga saya bisa berkaca apakah tanda itu sudah ada di dahi saya.

sumber :

akuincognito@yahoo.co.id akuincognito


milis sekolah kehidupan

Template by : kendhin x-template.blogspot.com