Monday, March 8, 2010

Gift for Myself

Bismillah...

Seseorang yang sanggup menghargai
dirinya pasti akan lebih mampu untuk menghargai orang lain. Karena perang
terbesar dalam kehidupan bukan Perang Badar, bukan Perang Salib, bukan Perang
Dunia berjilid-jilid, namun perang melawan hawa nafsu.

Perang melawan diri sendiri, jujur
pada diri sendiri yang berarti satunya pikiran perkataan dan nurani menjadi
sebuah sikap. Bila kita sudah mampu menundukkan ego diri dan memberikan
penghargaan setulusnya pada diri sendiri bukankah akan lebih mudah bagi kita
untuk mengapresiasi orang lain?

Tapi sedihnya yang sering terjadi
adalah hati takut akan borok diri, dan memerintahkan pikiran untuk menutupi dan
mulutpun mengeksekusi perintah itu dengan berbohong diri. Hmhh…

Maka ketika ada seorang teman
yang menginspirasi tulisan ini karena dia sering menghadiahi dirinya sendiri
ketika mencapai target-target yang dicanangkan. Bisa menerjemahkan buku 20
lembar per hari hingga kelar, sementara masih harus ngurusin anak dan suami,
beres-beres rumah serta menghandle toko buku online-nya, sehingga berhari-hari
harus begadang hingga Subuh menjelang, dan akhirnya buku itu kelar juga
diterjemahkan. Diapun menghadiahi dirinya (atau suaminya ya? tapi setahuku dia sering menghadiahi dirinya sendiri, CMIIW) sepotong kue coklat dan kue Sus. Wow!

Walaupun gift itu begitu
sederhana tapi betapa itu bermakna bagi dirinya, karena menghargai diri sendiri
atas pencapaian yang telah diselesaikan. Terkadang kita lupa dengan diri kita
sendiri, kurang menghargainya padahal banyak potensi diri yang patut untuk kita
apresiasi. Sometimes itu seperti vitamin dalam tubuh kita. Memanjakan diri
dengan sesuatu yang menyenangkan diri kita sendiri, selama itu membantu kita
menyegarkan jiwa kita, why not! Asal bukan bermewah-mewah, beda esensi lo!
Semua tergantung kemampuan masing-masing, jangan untuk beli makan aja susah pengen
nyenengin diri ke spa yang ratusan ribu rupiah. Itu namanya bunuh diri, mau
menang sendiri. Hehehe…

Dan pagi ini setelah kelarin
pekerjaan rumah sebelum kekantor : bisa nyuci baju, bisa siapin sarapan suami
dan anak walaupun beli jadi, bisa
nyuapin anak-anak walaupun dibantuin keponakan, bisa beres-beres kamar, bisa
mandi dengan nikmat, bisa berangkat ke kantor gak telat-telat banget, melalui pagi ini dengan pikiran riang, ringan, dan
bahagia, sudah cukup alasan bagiku untuk menghadiahi diriku semangkuk kecil
bubur candhil (bhs Jawa : Jenang Grendhul) favorit saya seharga 2500 perak
untuk sarapan. Sudah dua hari ini saya menginginkan bubur itu, dulu almarhumah
Mertuaku paling jago kalau bikin bubur itu, dan bubur yang kubeli tadi pagi
walaupun tak sama persis, namun bisa memuaskan keinginanku untuk menghadiahi diriku.

So, kenapa tak mulai memikirkan
hadiah apa yang paling pantas kita persembahkan buat diri kita sendiri hari
ini? Agar kita lebih bijak untuk menghargai dan mengapresiasi orang lain?.

Peringatan :
Setelah
membaca ulang tulisan dr paragraf atas hingga paragraf akhir, kayaknya ada yang
janggal dan berbau narsisme ya?

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

sumber : milis sekolah kehidupan

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com