Monday, March 8, 2010

INOVASI TIADA BATAS

Bismillah...

Jangan pernah bilang kalau perkembangan kreatifitas dan inovasi anak

negeri di bidang teknologi informatika jauh ketinggalan dibanding
sumber daya manusia dari negara lain, di hadapan para narasumber Kick
Andy episode ini. Anda bisa saja langsung diseret ke tempat mereka dan
dibuat bengong dengan sejumlah produk TI mutakhir hasil karya
“kecanggihan” otak mereka.
Salah satu contohnya, empat remaja kelas tiga SMK Negeri I Surabaya
ini. Irene Erlyn Wina Rachmawan, Putri Dyah Citra Nur Kumala Sari,
Rara Indah Permatasari dan Mochamad Basofi Eko Nugroho. Siswa-siswi
jurusan rekayasa perangkat lunak dan multimedia ini, sudah sangat jago
aplikasi bahasa pemrograman berbasis Java. Untuk sekedar membuat game
dan kamus digital untuk handphone, bukan sesuatu yang sulit bagi
mereka. Bahkan mereka punya pengalaman unik dan dahsyat saat terpilih
sebagai siswa program pertukaran antara Indonesia dengan Kamboja dan
Vietnam tahun 2009 lalu. Di dua negara itu, mereka bukannya duduk
sebagai siswa, namun justru berposisi sebagai pengajar, bagi para
mahasiswa teknik elektro dan sains terapan di kampus teknik dua negara
tersebut!

Sementara dari Universitas Bina Nusantara Jakarta, dua tim TI
mahasiswa serta alumnus dari kampus ini juga sudah mampu “bersuara
lantang” di kancah kompetisi teknologi informatika dan multimedia
dunia. Yang lebih membuat salut lagi, teknologi kecerdasan ciptaan
mereka, dibuat berdasarkan empati kepada para kalangan yang memiliki
keterbatasan fisik. Eye-B Pod karya Stanley Audrey, Victor dan
Josphine Klara misalnya. Perangkat lunak ini dibuat berdasarkan
kepedulian mereka pada keinginan kaum tuna daksa, yang tak memiliki
lengan namun tetap berhasrat tinggi pada komputer. Mereka bertiga
membuat aplikasi pengganti mouse dan keyboard komputer, dengan
mengandalkan gerakan bola mata serta kedipan!

Sementara produk MLM for the Blind, dari namanya saja pasti sudah
ketahuan apa dasar pertimbangan penciptaan aplikasi ini. Yup, Erik
Taurino Chandra, Rico Wijaya dan Yudhi merekayasa perangkat keras dan
lunak sekaligus, untuk membuat para tuna netra memiliki alat pembaca
buku digital portabel. Alat ciptaan mereka ini, mampu menerjemahkan
tulisan elektronik atau artikel e-book ke dalam huruf Braille, dan
enaknya bisa ditenteng-tenteng kemana saja oleh teman-teman tuna
netra. Masalah keterbatasan bahan bacaan bagi para tuna netra, diatasi
oleh kreatifitas dahsyat mereka bertiga.

Tak mau kalah dari para jago TI berfisik normal, Eko Ramaditya Adikara
juga membuat kita berdecak kagum. Setelah mendemonstrasikan
kecanggihan kinerja MLM for the Blind, Rama yang tak bisa melihat
sejak lahir ini ternyata juga memperlihatkan hasil karyanya. Rama
adalah tuna netra yang berprofesi sebagai seorang sound engineer
digital, alias komposer musik digital yang harus menggunakan komputer
juga. Prestasinya tak tanggung-tanggung. Ia berhasil menyisihkan
ribuan sound engineer pada kompetisi pembuatan ilustrasi musik untuk
game digital Super Mario Galaksi keluaran Nintendo serta sejumlah game
online lain seperti Ragnarok dan Final Fantasy VII.

Sementara 2 narasumber lain asal Bandung, juga tak kalah inovatif. Tim
TI mahasiswi ITB yang berjuluk Putri Petir misalnya, menciptakan game
interaktif yang berbasis kepedulian pada pelestarian seni dan budaya
tradisional Indonesia. Mereka berhasil membuat Tari Saman Digital,
yang dibuat serupa dengan game Dance-Dance Revolution. Jika saja
aplikasi ini sudah mampu diproduksi secara massal, tak pelak game
tarian yang bernama keren Thousand Hand Revolution ini, merupakan
salah satu gerakan memperkenalkan seni budaya asli Indonesia yang
dilakukan secara efektif dan menyenangkan.

Narasumber satunya dari Bandung, adalah komunitas anak muda pecinta TI
sekaligus asas Bhineka Tunggal Ika, ABIGDEV. Komunitas yang juga
perusahaan pengembang game digital ini, telah memiliki 8 produk game
digital yang tersebar dan dimainkan di situs-situs jejaring sosial
secara online. Dua di antaranya adalah game bisa dipakai sebagai
permaainan an sich sekaligus sebagai sarana pembelajaran dan
pengenalan berbagai adat istiadat, seni budaya dan kekayaan
tradisional warisan nenek moyang di berbagai suku dan daerah
Indonesia. Angklung Heroes dan Nusa Challenge, adalah produk yang
lahir didasari keprihatian Fajar Persada Supandi dan teman-temannya di
ABIGDEV, terhadap isu klaim budaya Indonesia oleh Malaysia beberapa
waktu lalu, serta langkanya game yang “berbicara” tentang kekayaan
budaya Indonesia.

Dan narasumber berikutnya, adalah perusahaan pencipta ribuan perangkat
lunak pembelajaran matematika dan sains terapan untuk kalangan pelajar
SD, SMP dan SMA serta SMK. Pesona Edukasi, terbukti menjawab keraguan
lemahnya kreatifitas dan inovasi teknologi informatika dan multimedia
SDM Indonesia secara nyata. Siapa sangka, Pesona Edukasi telah
mengekspor ribuan software pendidikan hingga ke 23 negara dunia? 3500
sekolah dalam negeri juga telah mengaplikasikan produk TI mereka dalam
mata pelajaran matematika dan fisika. Dan berbagai penghargaan dari
pemerintah negara-negara di 5 benua serta pengakuan PBB, telah mereka
raih. Dan semua karya ciptaan ini, murni hasil kerja keras anak
negeri.
Terbitkan Entri

Jadi, masih adakah yang meragukan kualitas “otak” bangsa Indonesia di
bidang Teknologi Informatika dan Multimedia?

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com